Senin, 11 April 2011

Berlabuh Lebah Lebih Nyaman


Referensi utama My Healthy Life Trio Herbal; Jakarta: Trubus Swadaya, 2010.paket TRIO HERBAL Bin Muhsin Bisa dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com atau HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster binmuhsin_group@yahoo.co.id
===

Di rumah bambu, bahkan di dalam kardus bekas sekalipun, trigona mampu bertahan hidup.

Muhammad Harun, pegawai di Fakultas Peternakan Universitas Mataram, mengambil sebatang bambu sepanjang 60 cm dari rak. Di rak itu terdapat 19 bambu sejenis dalam posisi tidur alias horizontal. Kedua sisi bambu tertutup oleh ruas. Setiap bambu terbelah menjadi 2 bagian. Meskipun demikian, Harun kesulitan membukanya karena propolis merekatkan kedua belah bambu itu. Begitu bambu terbuka, tampak bulatan seukuran buah kersen dan tonjolan-tonjolan berwarna krem seukuran pentol korek.
Bulatan berwarna bening berisi madu, sedangkan bulatan kekuningan berisi polen. Bahan untuk membungkus kedua produk itu merupakan campuran propolis dan lilin. Ada pun tonjolan seukuran korek api itu adalah larva. Itulah rumah lebah Trigona spp yang dipelihara oleh Muhammad Harun di Sigarpenjalin, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Para peternak lebah trigona di Mataram dan Lombok Utara memang banyak memanfaatkan bambu sebagai rumah lebah.
Tegak lurus
Sukandar, peternak di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, juga pernah memanfaatkan bambu sebagai rumah lebah trigona. Sukandar dan para anggota Kelompok Peternak Lebah Bee Son memperbaiki desain rumah trigona. Di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, desain rumah trigona mengalami 4 kali perubahan (lihat boks). Saat ini para peternak umumnya menerapkan  tipe rumah vertikal yang terdiri atas 2 ruas. Bahan baku rumah yang mereka sebut bendala itu dari kayu uru yang banyak tumbuh di sana.
Kelebihan rumah vertikal, peternak mudah membongkar satu per satu ruas rumah itu ketika panen dan memasangnya kembali. Rumah bongkar-pasang itu sangat praktis. Menurut Paimin Ponijan, peternak di Desa Radda, bentuk rumah vertikal sebetulnya meniru konstruksi rumah lebah di alam. Di habitat aslinya, lebah mungil berukuran 3 mm itu menempati lubang-lubang pohon di hutan.
Gregori Garnadi Hambali, peternak trigona di Kotamadya Bogor, Jawa Barat, memanfaatkan pot plastik yang lazim sebagai wadah budidaya tanaman hias. Master Biologi alumnus Birmingham University, Inggris, itu menangkupkan 2 pot masing-masing berdiameter 30 cm.  Ia kemudian menutup salah satu lubang di dasar pot sehingga tersisa sebuah lubang sebagai pintu masuk-keluar. Setangkup pot itu menggantung di sebuah pondok.
Di celah batu
Jangankan di pot, lebah anggota famili Meliponidae itu pun mampu bertahan di celah-celah batu. Di belakang kantor Majalah Trubus di Cimanggis, Kotamadya Depok, Jawa Barat, misalnya, trigona menghuni celah batu yang sempit. Kadang-kadang Trigona sp berkerumun seperti tampak pada 16 Juli 2010 pukul 15.30.
Menurut  Ir Bambang Rahayu MSc, dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, trigona memang adaptif di berbagai kondisi rumah. ‘Trigona bisa hidup asal di situ ada teman yang terdiri dari ratu, lebah pekerja, dan lebah jantan. Jika hanya sendirian, trigona tak bisa hidup karena merupakan serangga sosial,’ kata alumnus University of  the Philipphines Los Banos (UPLB), Filipina.
Tentu saja ketersediaan pakan seperti polen dan nektar, pun getah sumber propolis harus memadai. Itulah sebabnya trigona dijuluki serangga kosmopolit - organisme yang mampu hidup dan berkembang di seluruh dunia. Di beragam rumah pun tak jadi soal. Namun, bendala kayu menjadi tempat berlabuh yang lebih nyaman. Jika lebah merasa lebih nyaman, maka produksi propolis, madu, dan roti lebah pun optimal. (Sardi Duryatmo)

  1. Peternak di Luwu Utara banyak mengadopsi bendala dari kayu
  2. Rumah lebah trigona dari bambu yang dipenuhi sarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBSITE SAYA