Senin, 11 April 2011

Propolis: Panen di Teras Rumah


Referensi utama My Healthy Life Trio Herbal; Jakarta: Trubus Swadaya, 2010.paket TRIO HERBAL Bin Muhsin Bisa dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com atau HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster binmuhsin_group@yahoo.co.id
===

Sukandar hampir tak beraktivitas apa pun untuk memperoleh pendapatan rutin minimal Rp5-juta per bulan. Ia berpeluang meningkatkan omzet hingga Rp60-juta sebulan bila mampu memenuhi permintaan ajek 1 ton propolis.



Nilai Rp5-juta itu hasil penjualan 30 kg propolis dan 50 liter madu per bulan, keduanya produk lebah Trigona sp. Harga propolis Rp60.000 per kg; madu, Rp60.000 per liter. Peternak di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi  Sulawesi Selatan, itu memperoleh madu dan propolis dari 50 bendala atau kotak lebah terbuat dari kayu. Di emper rumah menggantung 9 bendala, di sisi kanan dan kiri rumah masing-masing terdapat 8 dan 6 bendala; di belakang rumah, 28 bendala.

Sukandar menjual propolis kepada perusahaan di Makassar, Sulawesi Selatan.  Adapun madu habis terjual di rumah. Banyak konsumen yang membeli madu secara langsung ke rumah Sukandar. Di Luwu Utara, nama Desa Radda memang sohor sebagai penghasil madu. Sukandar berpeluang besar meningkatkan omzet jika saja mampu memenuhi permintaan rutin 1 ton propolis per bulan dari importir Jepang. ‘Saya tak sanggup memenuhi permintaan sebesar itu,’ kata peternak lebah Trigona incisa sejak 2006 itu.

[B]Spesialis propolis[/B]

Selain madu dan propolis, Sukandar juga menjual 30 - 40 kg polen setiap 2 - 3 bulan. Harga sekilo polen Rp60.000. Polen, madu, dan propolis itu produk utama lebah trigona. Lebah anggota famili Meliponidae itu spesialis memproduksi propolis; Apis mellifera dan Apis cerana. spesialis madu. Lebah mungil itu ‘jor-joran’ memproduksi propolis karena tak mempunyai sengat seperti lebah dalam genus Apis. Ketika Trubus memanen propolis dan madu serta memotret Trigona spp dari jarak setengah meter, puluhan lebah itu hinggap di tangan dan kepala.

Namun, tak satu pun lebah menyengat. Mereka memiliki mandibula untuk menggigit. Bekas gigitan tampak seperti ‘gigitan’ nyamuk, tetapi tak berbahaya. Tidak adanya sengat justru memungkinkan Trigona sp diternak secara meluas. Menurut Kuntadi, ahli lebah dari  Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, ‘Orang banyak yang trauma terhadap sengat lebah, makanya boro-boro mau beternak lebah kalau takut dengan sengatnya. Itu dialami kebanyakan orang, bisa dibilang hanya sedikit yang tidak takut disengat lebah. Masalahnya, kalau beternak lebah (Apis mellifera dan A. cerana, red) pasti bakal sering disengat.’

Prof Dr Mappatoba Sila, ahli trigona dari Universitas Hasanuddin mengatakan konpensasi tiadanya sengat, mereka memproduksi propolis lebih banyak sebagai mekanisme pertahanan diri. Propolis - berasal dari bahasa Yunani, pro berarti sebelum dan polis bermakna kota - berfungsi mensterilkan sarang dari organisme pengganggu seperti bakteri, cendawan, dan virus. Akibatnya penyakit tak menyebar dan ‘kota’ alias sarang tetap bersih.

Trigona juga menghasilkan propolis berkualitas tinggi. Hasil riset Ir H.A.E Zainal Hasan MSi dari Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor membuktikan bahwa kadar flavonoid propolis trigona mencapai 4%; propolis apis, 1,5%. Kadar flavonoid mempengaruhi proses penyembuhan penyakit. Semakin tinggi kandungan flavonoid dalam propolis, penyembuhan penyakit berpotensi kian cepat.

Zainal Hasan juga membuktikan propolis trigona bersifat antibakteri - Bacillus subtilis,  Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus - penyebab beragam penyakit. Staphylococcus aureus, misalnya,  jenis kuman penyebab infeksi kulit hingga terjadi bisul atau luka bernanah. Ia juga menyerang saluran pencernaan.

Menurut Gregori Garnadi Hambali, ahli Biologi alumnus Birmingham University, propolis berkualitas tinggi didapat dari tanaman yang bergetah atau resinnya biasa dimanfaatkan sebagai obat. Beberapa di antaranya adalah rasamala Altingia excelsa dan kemenyan Styrax sp. Lebah mengambil resin dari pucuk daun dan batang tanaman.

[B]Kabur[/B]

Nama trigona alias lebah lilin, klanceng, lanceng (dalam bahasa Jawa), gala-gala, galo-galo (Sumatera Barat), dan teweul (bahasa Sunda), mungkin masih asing bagi sebagian besar orang. Peternak memang jarang membudidayakan lebah mini itu. Serangga itu lebih banyak hidup di hutan, terutama di batang pohon yang berlubang atau celah-celah batu.

Namun, 3 tahun terakhir masyarakat di berbagai daerah mulai membudidayakan klanceng. Masyarakat Desa Radda menyebutnya ketape atau kammu. Ukuran tubuh ketape sangat kecil, seujung korek api sehingga jauh lebih mungil daripada tubuh lebah Apis mellifera atau Apis cerana. Tubuh kecil itu justru menguntungkan karena lebah trigona dapat masuk ke kelopak bunga yang amat kecil seperti bunga kakao. Prof Dr Mappatoba Sila MSc, ahli trigona dari Universitas Hasanuddin mengatakan ketersediaan pakan trigona lebih melimpah daripada lebah-lebah bergenus Apis yang bertubuh lebih besar.

Oleh karena itu para peternak seperti Sukandar tak perlu menggembalakan lebah asli Indonesia itu. Mereka menggantung bendala di sekitar rumah. Sumber pakan lebih banyak menyebabkan ketersediaannya pun melimpah sepanjang tahun. Bandingkan dengan Mochamad Anwar, peternak lebah Apis mellifera di Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Pada Februari 2010 ia memboyong 500 koloni ke Wonosobo, Jawa Tengah, ketika bunga jagung Zea mays tengah bermekaran.

Lebah perlu tepungsari agar ratu bertelur dan menghasilkan generasi baru. ‘Air gula sebagai pengganti makanan lebah sehari-hari bisa dibuat, tapi tepung sari bunga tidak bisa dibuat,’ ujar Anwar.  Ia memerlukan 100 kg gula pasir per bulan sebagai pakan tambahan bagi 500 koloni. Jika harga gula pasir Rp10.000 per kg, ia menghabiskan Rp6-juta selama 6 bulan penggembalaan.  Pada Mei - Juni 2010 ia berpindah ke Kabupaten Kudus dan Pati, keduanya di Provinsi Jawa Tengah, bertepatan dengan musim randu Ceiba pentandra berbunga.

Pada Agustus - September 2010 Anwar kembali berpindah-pindah ke Kendal, Semarang, dan Ambarawa - semua di Jawa Tengah - serta Subang, Jawa Barat. Singkat kata peternak lebah Apis mellifera mengejar bunga-bunga bermekaran sehingga harus nomaden. Sekali berpindah lokasi, Anwar perlu 5 truk dengan total biaya sewa Rp2,5-juta untuk mengangkut koloni lebah. Beternak trigona jauh lebih praktis dan mudah dibanding Apis mellifera. ‘Beternak trigona seperti main-main, tetapi dapat uang,’ kata Yustansyah, peternak di Desa Radda.

Kelebihan lain Trigona sp adalah mampu menyesuaikan diri di berbagai lokasi dan beragam tipe rumah. Bahkan di rumah bambu pun, serangga itu cepat berkembang biak.  Mulyadi, peternak di Desa Sigar, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengembangbiakkan trigona di bambu sepanjang 40 - 50 cm. Hal serupa dilakukan oleh Dr Erwan MSi, di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Ajid di Pandeglang, Provinsi Banten. ‘Di kardus pun, trigona bisa bertahan,’ kata Erwan, dosen Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

[B]Tren[/B]

Dengan sederet kelebihan itu, trigona cepat berkembang. Di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, misalnya, semula hanya Sukandar yang beternak pada 2006. Namun, kini terdapat 2 kelompok dengan anggota masing-masing 20 pembudidaya. ‘Rata-rata satu keluarga mempunyai minimal 10 bendala,’ kata Salim, anggota Kelompok Ternak Bee Son.

Meski demikian bukan berarti beternak lebah Trigona sp. tanpa kendala. Syahrul, peternak di Desa Buangin, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, pada Desember 2009 mulai membudidayakan ketape di 16 bendala. Lokasi budidaya persis di tepi Sungai Tanangkai yang berair jernih. Beragam pohon sumber polen dan nektar seperti durian, kelapa, kerawak, dan mangga, tumbuh lebat di sekitarnya. Tak heran jika lebah cepat berkembang biak. Celakanya, Syahrul belum memahami waktu terbaik untuk panen.

Ia baru membuka bendala ketika Trubus berkunjung ke sana pada 12 Juli 2010 pukul 13.30. Apa yang terjadi? Ketika Stanis Ghaji, peternak dan pemerhati lebah di Desa Radda, membuka bendala, propolis telah menyentuh langit-langit kotak. ‘Tak ada lagi ruang tersisa dalam bendala, sehingga lebah kabur,’ kata Stanis Ghaji. Total jenderal ada 4 bendaIa yang ditinggalkan lebah. Syahrul memang tak sekali pun mengecek dengan cara membuka bendala selama 7 bulan membudidayakan lebah.

Menurut analisis Sukandar, mestinya Syahrul memanen madu dan propolis pada Februari 2010 atau dua bulan pascabeli. ‘Saya tak tahu kalau saat itu harus panen,’ kata pekebun kakao di Kabupaten Luwu Utara itu. Potensi kehilangan madu mencapai 8 liter; propolis 4 kg, dan polen 1 kg. Menurut Sukandar indikasi madu berlimpah ketika Trigona sp tampak ‘galak’ saat kita mendekat ke bendala. Mereka lebih agresif menyerang dengan mengerubungi pemanen.

Suhu yang meningkat, kendala lain. Beberapa koloni klanceng di tempat Gregori Garnadi Hambali juga kabur. Padahal, vegetasi di kebun Greg Hambali relatif luas dan beragam. Pemulia tanaman itu menduga perginya klanceng akibat suhu tinggi. Menurut Mappatoba, trigona adaptif di suhu 350C. Selain itu, ‘Jika lingkungan tercemar pestisida, produksi lebah bisa turun sampai nol,’ kata Prof Dr DTH Sihombing, guru besar emiritus Fakultas Peternakan Institut  Pertanian Bogor.

[B]Efek ganda[/B]

Bila beragam hambatan terlampaui, peternak mencecap manisnya membudidayakan lebah trigona yang kini mulai marak di berbagai daerah. Indikasinya permintaan bendala terus mengalir. Dua tahun terakhir, Sukandar melayani permintaan trigona dari berbagai wilayah seperti Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, Ambon (Maluku), Jayapura (Papua), bahkan Timorleste. Pada Desember 2009, Sukandar mengelola 400 bendala. Saking tingginya permintaan, ia menjual hingga 350 bendala senilai Rp105-juta.

Harga sebuah bendala dengan koloni baru Rp300.000. Namun, jika koloni telah berkembang dan menjelang panen, harga meningkat menjadi Rp500.000 per bendala.  Pada Juli 2010 ia tengah berupaya memenuhi pesanan 1.000 bendala.

Gregori Garnadi Hambali, ahli Biologi di Bogor, Jawa Barat, mengatakan, gairah masyarakat membudidayakan trigona sekaligus merupakan langkah penyelamatan spesies yang terancam punah itu. Menurut Greg, hutan - habitat trigona - yang terbakar menjadi ancaman bagi penyelamatan lebah itu. Laju deforestasi hutan di Indonesia mencapai 2,78-juta ha per tahun. Selain itu beternak trigona berarti juga menjaga lingkungan hidup tetap berkualitas. Sebab, tanpa dukungan lingkungan yang baik, tak mungkin beternak trigona atau lebah lain.

Prof Dr Siti Salmah, guru besar Jurusan Biologi Universitas Andalas, mengatakan kunci sukses beternak trigona antara lain vegetasi atau kehidupan tumbuhan yang terjaga. Menurut Siti Salmah masyarakat perkotaan pun berpeluang membudidayakan lebah trigona. Doktor Zoologi alumnus Hokaido University  itu membuktikannya sendiri dengan beternak Trigona minangkabau dan T. itama di Lubukminturun, Kotamadya Padang, Sumatera Barat. ‘Saya memanfaatkan bambu dan kotak kayu untuk beternak 300 koloni,’ kata Salmah yang beternak trigona selama 4 tahun.

Mappatoba di Makassar dan Greg Hambali di Bogor juga pernah melakukan hal serupa. Greg malah mengelola 5 spesies seperti Trigona laeviseps, T. itama, dan T. apicalis yang bertahan hingga sekarang.

[B]Lebih mahal[/B]

Sebagian besar peternak trigona di berbagai daerah itu baru sebatas memanfaatkan madu. ‘Di kalangan konsumen, madu trigona dianggap lebih bagus sehingga harganya pun lebih mahal ketimbang madu dari lebah jenis lain,’ kata Hariyono, peternak di Malang, Jawa Timur. Hariyono menjual madu trigona Rp70.000; madu apis Rp30.000 - Rp50.000 per 650 ml.  Ajid, peternak trigona di Pandeglang, Provinsi Banten, menjual madu trigona Rp170.000 per liter.

Sedangkan propolis belum mereka manfaatkan secara optimal.  Bahkan, menurut Stanis Ghaji, banyak peternak yang belum mengetahui manfaat propolis. Padahal, pasar propolis di Indonesia tumbuh mencengangkan. Lihat saja Hendra Wijaya (30 tahun), agen PT Melia Nature Indonesia di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tiga tahun lalu ketika pertama kali menjual propolis, banyak yang tak percaya akan khasiat lem lebah itu. Volume penjualan 3 paket atau 21 botol masing-masing bervolume 6 ml sebulan.

Harga sebuah paket Rp550.000. Penjualan per bulan meningkat menjadi 500 paket pada 2008, 2.500 paket (2009), dan 3.600 paket (2010). ‘Hidup saya berubah drastis setelah saya menjual propolis. Saya seperti mimpi,’ kata Hendra yang baru saja membeli sebuah mobil secara tunai Rp325-juta dari laba perniagaan propolis. Orang seperti Hendra yang menjadi agen penjualan PT Melia Nature Indonesia jumlahnya ratusan dan tersebar di seluruh Indonesia.

Hamka Maddu dari PT Bee Toba di Makassar,  Sulawesi Selatan, mengatakan setiap bulan mampu menjual minimal 200 botol propolis trigona. Harga sebuah botol bervolume 10 cc itu mencapai Rp44.000. Permintaan datang dari masyarakat Sulawesi Selatan dan berbagai kota di Kalimantan serta Jawa. Itulah peluang besar bagi peternak trigona, lebah spesialis propolis. Bagusnya para peternak tak khawatir akan sengatan, tak perlu menggembalakan, dan menghasilkan propolis berkualitas tinggi. ([B]Sardi Duryatmo/Peliput: Ari Chaidir, Endah Kurnia Wirawati, Nesia Artdiyasa, & Tri Susanti[/B])


SUMBER : http://www.trubus-online.co.id/trindo7/index.php?option=com_content&view=article&id=4815:propolis-panen-di-teras-rumah&catid=81:topik&Itemid=520


[#][I]Larva lebah trigona[/I][/#]
[#][I]Gregori Garnadi Hambali melakukan pengamatan perkembangbiakan 5 spesies koleksinya yang diambil dari Pandeglang, Banten[/I][/#]
[#][I]Di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Luwu Utara, kotak lebah atau bendala digantung di sekeliling rumah[/I][/#]
[#][I]Lebah [/I]Apis mellifera [I](kiri) penghasil madu dan [/I]Trigona [I]sp produsen propolis[/I][/#]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBSITE SAYA