Kejang dan kaku akhirnya menyingkap tabir gagal ginjal bagi seorang pasien di Surabaya, Jawa Timur. Di rumah sakit, barulah terkuak rahasia kejang dan kaku itu. Dokter mendiagnosis fungsi ginjal positif turun. Di tubuh pria berusia 16 tahun itu terdeteksi penumpukan sisa metabolism protein dan kekurangan elektrolit. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dokter memberi suntikan elektrolit.
Sejak itu remaja itu rutin mengkonsumsi obat-obatan dan mengecek kesehatan sebulan sekali. Beraktivitas berat pun terlarang. Menu makanannya juga diatur, terlarang mengkonsumsi makanan berprotein tinggi. Tujuannya supaya ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa metabolism protein. Konsumsi protein ditakar hanya 40 g sehari.
Selama 3 tahun ia hidup di bawah pengawasan dokter. Meski demikian kesehatan pasien itu menurun akibat mengikuti banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering pulang malam dan pola makan pun tidak terkontrol. Fungsi ginjal bukan lagi turun, tatapi positif gagal ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah mencapai 12 mg/dl, kadar normal 0,6-1,2 mg/dl. Solusinya cuci darah 2 kali sepekan. Saat ini biaya sekali cuci darah berkisar Rp. 800.000. menghindari cuci darah ternyata berisiko tinggi.
Buktinya berselang 2 hari setelah menolak saran dokter, kadar kreatinin semakin melonjak, 15 mg/dl. Dokter mengingatkan lagi untuk segera cuci darah. Bila dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain. Opsi lain, berupa translantasi ginjal dengan biaya mencapai Rp 400-juta. Salah satu dari orangtua pasien harus rela menyumbangkan ginjal. Menurut dr sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal menyaring dan mengeluarkan zat-zat racun, seperti kreatinin, dari tubuh sehingga menumpuk dalam darah. Kadar kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji kacang merah itu gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni organ tubuh lain. Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah. Oleh karena itu pasien di Surabaya itu menuruti saran dokter, yakni opname sekaligus melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan.
Frekuensi cuci drah setiap 5 hari sekali. Selain itu penderita gagal ginjal harus tetap menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak memberatkan kerja ginjal. Pasien itu akhirnya mengkonsumsi 1 sendok makan propolis yang dicampukan dalam 50 cc air. Frekuensi 3 kali mulai tampak. Kadar keratin turun di bawah 10 mg/dl sehingga tidak perlu cuci darah.
Hasil itu merupakan kabar gembira. Cuci darah berhenti sama sekali setelah setahun rutin mengkonsumsi propolis. Pemeriksaan laboratorium terakhir, pada pertengahan 2008, menunjukkan kadar keratin turun menjadi 4 mg/dl. Meski demikian konsumsi propolis tetap dilanjutkan sampai sekarang. Selain tak perlu cuci darah, konsumsi propolis juga meningkatkan stamina. Menurut Prof Dr Mustofa Mkes Apt, periset di Bagian Farmokologi & Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung senyawa flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif itu melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah maka proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar